Rabu, 17 Juli 2019

PPOK



Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Dr tjin Willy.
       
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga penderitanya sulit bernapas.

Sebagian besar pederita PPOK adalah orang-orang yang berusia paruh baya dan perokok. Penderita penyakit ini memiliki risiko untuk mengalami penyakit jantung dan kanker paru-paru.

Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Pada tahap-tahap awal, PPOK jarang menunjukkan gejala atau tanda khusus. Gejala penyakit ini baru muncul ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru, umumnya dalam waktu bertahun-tahun.

Terdapat sejumlah gejala PPOK yang bisa terjadi dan sebaiknya diwaspadai, yaitu:

Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan warna lendir dahak berwarna agak kuning atau hijau.
Pernapasan sering tersengal-sengal, terlebih lagi saat melakukan aktivitas fisik.
Mengi atau napas sesak dan berbunyi.
Lemas.
Penurunan berat badan.
Nyeri dada.
Kaki, pergelangan kaki, atau tungkai menjadi bengkak.
Bibir atau kuku jari berwarna biru.
Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Dari tenggorokan, saluran pernapasan terbagi menjadi 2 cabang yang menuju paru-paru kiri dan kanan. Di dalam paru-paru, saluran pernapasan terbagi lagi menjadi banyak cabang yang berujung pada kantong kecil (alveoli) tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Paru-paru mengandalkan kelenturan alami dari saluran udara dan alveoli untuk mendorong udara berisi karbon dioksida keluar dari tubuh. Saat mengalami penyakit paru obstruktif kronis, baik alveoli dan seluruh cabang saluran napas menjadi tidak lentur lagi, sehingga sulit mendorong udara. Selain itu, saluran pernapasan juga menjadi bengkak dan menyempit, serta memproduksi banyak dahak. Akibatnya, karbon dioksida tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan pasokan oksigen juga menjadi berkurang.

Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit paru obstrukstif kronis. Di antaranya adalah:

Rokok. Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama yang dapat memicu PPOK, serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya. Bahan kimia berbahaya dalam rokok dapat merusak lapisan paru-paru dan jalan napas. Diperkirakan, sekitar 20-30 persen perokok aktif menderita PPOK. Menghentikan kebiasaan merokok dapat mencegah kondisi PPOK bertambah parah.
Pajanan polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor, debu, atau bahan kimia. Polusi udara dapat menggangggu kerja paru-paru dan meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronis.
Usia. PPOK akan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit umumnya muncul di usia 40 tahunan.
Penyakit asma.  Penderita penyakit asma, terutama yang merokok, rentan mengalami penyakit paru obstruktif kronis.
Faktor keturunan. Jika memiliki anggota keluarga yang menderita PPOK, Anda juga memiliki risiko untuk terkena penyakit yang sama. Selain itu, adanya defisensi antitripsin alfa-1 juga dapat meningkatkan risiko terjadinya PPOK. Antitripsin alfa-1 adalah zat yang melindungi paru-paru. Defisiensi antitripsin alfa-1 dapat bermula pada usia di bawah 35 tahun, terutama jika penderita gangguan ini juga merokok.
Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Dokter akan menanyakan gejala, meninjau riwayat kesehatan (termasuk riwayat merokok), serta memeriksa kondisi fisik pasien . Pemeriksaan fisik terutama pada paru-paru.

Tes fungsi paru-paru (spirometri) akan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut spirometer. Fungsi paru-paru akan dinilai melalui volume hembusan napas pasien, yang dikonversikan dalam sebuah grafik.

Jika dibutuhkan, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan yang lebih detail seperti:

Tes darah, untuk memastikan apakah pasien menderita penyakit lain, seperti anemia dan polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan PPOK. Tes darah juga digunakan untuk memeriksa antitripsin alfa-1.
Analisis gas darah arteri. Tes ini untuk melihat kandungan oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Foto Rontgen dada. Foto Rontgen dada dilakukan untuk mendeteksi ganguan pada paru-paru.
CT scan, yang dapat menunjukkan gambaran paru-paru secara lebih detail.
Elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram, guna memeriksa kondisi jantung.
Pengambilan sampel dahak.
Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Hingga saat ini, PPOK termasuk penyakit yang belum bisa disembuhkan. Pengobatannya bertujuan untuk meringankan gejala dan menghambat perkembangan penyakit ini.

Meski demikian, kombinasi pengobatan yang tepat dapat mengendalikan gejala PPOK, sehingga penderita dapat menjalani kegiatan dengan normal. Beberapa langkah pengobatan yang bisa dilakukan meliputi:

Penggunakan obat-obatan. Obat yang umumnya diberikan dokter paru untuk mengatasi gejala PPOK adalah inhaler (obat hirup). Contohnya adalah kombinasi bronkodilator yang melebarkan saluran pernapasan, dengan obat hirup kortikosteroid yang mengurangi peradangan pada jalan napas. Jika obat hirup belum bisa mengendalikan gejala PPOK, maka dokter dapat memberikan obat minum berupa kapsul atau tablet. Obat yang biasa diberikan adalah teofilin untuk melegakan napas dan membuka jalan napas, mukolitik untuk mengencerkan dahak atau lendir, kortikosteroid untuk mengurangi peradangan jalan napas jangka pendek saat gejala bertambah parah, serta obat antibiotik jika terjadi tanda-tanda infeksi paru-paru.
Fisioterapi dada. Program fisioterapi dada atau dikenal juga dengan rehabilitasi paru-paru merupakan program yang dilakukan untuk memberikan edukasi mengenai PPOK, efeknya terhadap kondisi psikologi, dan pola makan yang sebaiknya dilakukan, serta memberikan latihan fisik dan pernapasan untuk penderita PPOK seperti berjalan dan mengayuh sepeda.
Tindakan operasi. Tindakan ini hanya dilakukan pada penderita PPOK yang gejalanya tidak dapat direndakan dengan pemberian obat atau terapi. Contohnya adalah transplantasi paru-paru, yaitu operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk diganti dengan paru-paru sehat dari donor.
Di samping penanganan medis, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh penderita untuk menghambat bertambahnya kerusakan pada paru-paru. Di antaranya adalah:

Berhenti merokok atau menghindari pajanan asap rokok. Ini merupakan langkah utama agar PPOK tidak bertambah parah.
Menghindari polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor.
Memasang alat pelembap udara ruangan (air humidifier).
Menjaga pola makan yang sehat.
Rutin berolahraga.
Menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan vaksin pneumokokus.
Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar kondisi kesehatan bisa tetap terpantau.

Gurah
@kelapa gading
Hp/wa 08111494599
087883171247

Tidak ada komentar:

Posting Komentar