Tampilkan postingan dengan label pulomas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pulomas. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Maret 2018

Manfaat Gurah Vs Efek Samping



Bismillahirrohmaanirrohiim.

Manfaat Gurah dan Efek Sampingnya.

Apa itu gurah ?

Apa Manfaat dan Efek Samping Gurah ?

Apa pantangan orang yang sedang gurah ?

Gurah merupakan salah satu metode pengobatan yang dilakukan melalui hidung, mulut bahkan organ kewanitaan.
Selain sebagai pengobatan, gurah juga biasa difungsikan untuk memperbaik suara bagi mereka yang berkecimpung di dunia tarik suara.

Meski demikian, metode yang paling banyak dilakukan adalah metode melalui mulut dan hidung. Bagi yang pertama kali mencoba, gurah akan menimbulkan rasa perih dan sedikit panas. Tapi biasanya hanya memakan waktu sekitar 5 menit saja saat ramuan mulai bereaksi. Dan tanda-tanda yang terlihat, jika gurah telah bereaksi adalah ketika mulut dan hidung mulai mengeluarkan lendir.

Gurah memang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun di balik itu ada beberapa efek samping yang ditimbulkan. Walaupun begitu, disinyalir efek samping tersebut tidak terlalu berbahaya buat tubuh.

Berikut ini adalah ulasan lengkap mengenai manfaat maupun efek samping dari gurah.

Silahkan disimak :

1. Manfaat gurah untuk kesehatan.

a. Untuk kesehatan hidung.

- Mencegah sekaligus menyembuhkan hidung tersumbat serta pholip yang disebabkan oleh bau-bauan tertentu juga polusi udara.
- Membantu melegakan sistem pernapasan dengan melarutkan lendir yang menganggu sistem pernapasan.
- Membantu melarutkan lendir serta jamur yang terdapat pada lapisan paru-paru dan pada bagian selaputnya.

b. Untuk kesehatan tenggorokan.

- Selain bagus untuk menghindarkan hidung dari penyumbatan, gurah juga bisa membuat sehat tenggorokan.
- Mencegah serta mengatasi penyakit amendel atau toksin pada tenggorokan.
- Menghilangkan batuk kering, bronchitis dan batuk kering.

c. Kesehatan secara umum.

- Gurah bisa mengatasi gangguan penyakit asma hingga penyakit paru-paru.
- Membuat pikiran menjadi lebih jernih, pintar dan cerdas.
- Membantu menyembuhkan penyakit TBC.
- Membantu menyembuhkan gejala sakit kepala sebelah atau migrain.
- Mampu membersihkan semua kotoran yang terdapat pada saluran kemih atau kandung kencing.
- Menghindarkan tubuh dari gangguan pencernaan.
- Membantu mengatasi penyakit ginjal dengan menghancurkan batu ginjal yang telah terbetuk di saluran kemih.
- Mencegah serta menetralisir tekanan darah sehingga darah menjadi lancar kembali.

2. Efek samping melakukan gurah.

Gurah memang menjadi salah satu metode pengobatan yang memberi banyak keuntungan bagi kesehatan tubuh. Meski demikian, metode pengobatan ini juga tidak terlepas dari yang namanya efek samping.

Bahaya melakukan gurah, bisa terjadi ketika kita mengonsumsi obat gurah dengan takaran yang tidak tepat. Kelebihan dosis, bisa menyebabkan gejala sakit yang serius.

Ada beberapa efek samping yang bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi obat berlebih seperti gangguan telinga ,bagi wanita, mengonsumsi dosis berlebih bisa mengalami gangguan mentruasi.

Hal penting yang perlu ditekankan saat melakukan gurah adalah dengan memperhatikan campuran dari ramuannya.
Meski bahan yang digunakan adalah bahan yang alami namun jika tidak sesuai dengan indikasi gejala sakit yang dialami oleh pasien, maka  akan ada efek sampingnya.

3. Pantangan bagi pasien yang sedang melakukan gurah.

Sama seperti jenis pengobatan yang lain, maka gurah juga memiliki pantangannya sendiri.Beberapa pantangan gurah yang harus kamu perhatikan adalah seperti yang berikut ini :

- Konsumsi es.
- Konsumsi jenis makanan berlemak.
- Konsumsi jenis makanan pedas.
- Makanan serta minuman yang berpotensi menimbulkan infeksi dan rasa gatal.

Pengobatan gurah bisa dilakukan dengan banyak metode mulai dari hidung, tenggorokan hingga mulut bahkan organ kewanitaan. Untuk lama terapinya tergantung pada jenis penyakit yang tengah diderita. Pada jenis penyakit kronis, terapi gurah dilakukan dengan berkala selama 3 bulan lamanya. Namun untuk jenis penyakit yang ringan, gurah bisa dilakukan dalam satu kali pengobatan.

Demikian tentang Manfaat, Efek Samping, dan Pantangan orang yang melakukan Gurah .
Semoga bermanfaat.

Rumah Sehat Thera Afiat
Jln. Kelapa Sawit Raya Blok Dd No.15
Kelapa Gading.
Jakarta utara.
Telp.   08111494599
087883171247
Ibu Sholeh +62 896-2697-9941

Untuk peta alamat bisa klick google map berikut :
https://goo.gl/maps/9k5vJNmz1iM2

Jumat, 29 April 2016

Diphteria

Diphteria

Etiologi :
- Corynebacterium dyptheriae

Gejala dan tanda2 :
- Nyeri tenggorokan
- demam
- tonsolitis, faringitis dengan membentuk pseudomembran pada tonsil, faring dan hidung.
- leher bengkak.

Faktor resiko : anak2 yg belum divaksin.

Transmisi : kontak

Komplikasi : miokarditis,pleuritis, obstruksi jalan napas, dapat menyebabkan kematian.

Pebcegahan : vaksinasi DPT.(dyphteria)

Diagnosis mikrobiologi ;
Kalau dilihat mikroskop bentuk baksilnya Palisade.

Media agar darah.
- koloni kecil, warna abu2, tapi irregular, zona hemolisis kecil.

Media agar tellurite:
- koloni warna coklat kehitaman.
. Aerob obligat.
. 4 tipe :
1. Grafis
2. Mitis
3. Intermedius
4. Belfanti.

Diagnosis mikrobiologi;
Uji antitoksin ;
- letakkan kertas saring berbentuk cakram yg telah diberi antitoksin diatas biakan.
- hasil : berbentuk garis presipitasi antara cakram dengan pertumbuhan koloni bakteri.

Tonsilitis dan Faringitis

2. Tonsilitis dan faringitis

Etiologi :
-Virus
- Bakteri :
.Streptococcus pyogenes
. Corynebacterium dyptheriae (difteri)
. Borelia vincenti : ulkus pada gusi dan tenggorokan.

Gejala / tanda2:
. Nyeri twnggorokan
. Nyeri menelan
.Demam


Tonsilitis ;
. Tonsil hiperemis
. Tonsil membesar T2- T2, T2-T3.
. Detritus (+)

Faringitis ;
. Dinding farung posterior hiperemis.
. Granutas (+) kronik.

Gejala :
. Abses peritonsilar, yang tidak diobati dg tepat jarang.
. Otitits media
. Sinusitis
. Produksi erythrogen toxin menyebar ke kulit timbulkan scarlet fever.
. Demam rheumatic
. Penyakit jantung rheumatic
. Glomerulonefritis akut.

Diagnosis mikrobiologi :
.swab tenggorok
. Pemeriksaan mikroskopik
. Kultur.
- media agar darah
- media agar coklat
- media loeffler.

Sinusitis

Sinusitis gurah

Sinusitis
Gejala dan tanda

Manifestasi klinis :
.sakit kepala
.Nyeri di wajah
. Hidung tersumbat
.Nyeri di sinus
.demam

Pada anak2 ;
.ada batuk
. Iritabilitas
. Ada sekret yg berbau.

Prevalensi :
0.2 % di Jawa Tengah.

Sputum : ada.

Pengobatan :
Gurah

Source :
Http://gurahcor.blogspot.com
Http://theraafiat.blogspot.com

Terapi Gurah
Rumah Sehat Thera Afiat
Jl.Kelapa Sawit Raya Blok DD no. 15
Kelapa Gading
08111494599

Senin, 18 April 2016

Rinitis Alergi

Rinitis Alergi


Gejala dan tanda

Manifestasi klinis ;
- Gangguan indra penciuman
- Sakit kepala
- Hidung tersumbat
- Napas berbau

Sputum : Tidak ada
Herbal : gurah

 Source :
Http://gurahcor.blogspot.com
Http://theraafiat.blogspot.com

Terapi Gurah
Rumah Sehat Thera Afiat
Jl.Kelapa Sawit Raya Blok DD no. 15
Kelapa Gading
08111494599

Senin, 25 Mei 2015

Obat Migrain Tanpa Obat



SAAT MIGRAIN MENYERANG, LAKUKANLAH HAL INI :
(tanpa obat apapun)
Berikut tips langkah-langkah terapi migrain secara sederhana dan mudah.
=Berwudhulah,....
=Sediakan air bening 1 gelas,
=bacalah doa kesembuhan :

اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ
أَذهِبِ البَأسَ
اشفِ…..! أَنتَ الشَّافِيء
لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاوءُكَ
شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

ARTINYA ;
“Wahai Allah Tuhan manusia
Hilangkanlah rasa sakit ini
Sembuhkanlah…..! Engkaulah Yang Maha Penyembuh
Tidak ada kesembuhan yang sejati kecuali kesembuhan yang datang dari-Mu
Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan komplikasi rasa sakit dan penyakit lain”.

 =lalu duduklah senyaman mungkin.
 =Menarik nafas dan membuang nafas perlahan.
 =Sentuh bagian kepala yang kena migrain sambil diketuk perlahan lahan
 =Bacalah Quran surah alfatihah 7 kali ulangan sambil terus ketuk kepala yang sakit
 =Lalu minumlah air bening tadi
 =Senyumlah diakhir treathment terapi sederhana ini,......
=Rasakanlah sesudahnya, insyaAllah keluhan migrain ini hilang (rahmatbekam)

Lengkapnya:


Untuk info Herbal hubungi :

Rumah Sehat Thera Afiat
Jl. Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Jakarta Utara

Telp./WA  08111494599
08788 3171247
Pin 28303BAC

Source:

Label :
Obat Migrain Tanpa Obat, Obat Air Putih, Obat Ruqyah, Thera Afiat, The Thera Institute of Indonesia, Kelapa Gading, Pulomas, Verri JP MA, Doa Kesembuhan, Artikel









Senin, 09 Februari 2015

GURAH UNTUK RADANG TENGGOROKAN

Penyakit radang tenggorokan adalah suatu peradangan pada daerah tenggorokan atau pharynx. Radang tenggorokan sesungguhnya bukanlah nama penyakit. Ia hanyalah gejala dari berbagai penyakit yang muncul. Dalam terminologi kesehatan, radang tenggorokan biasa disebut dengansore throat atau faringitis.

Seperti pada banyak jenis radang, radang tenggorokan dapat bersifat akut – ditandai dengan cepat dan biasanya mulai yang relatif singkat saja – atau kronis.

Radang tenggorokan akut dapat mengakibatkan tonsil membengkak yang menyebabkan kesulitan bernapas dan menelan, kadang-kadang disertai oleh batuk atau demam.

Penyebab Radang Tenggorokan

Radang tenggorokan bisa disebabkan bermacam-macam penyebab, bisa karena infeksi virus, infeksi bakteri,infeksi fungal hingga alergi dan iritasi,di antaranya adalah:

Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan demam .
-Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat tenggorokan teriritasi.
-Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
-Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat kronis (menetap).
-Bakteri streptokokus, dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini umumnya dilakukan di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat ditemukan gejala klasik dari kuman streptokokus seperti nyeri hebat saat menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah – muntah, bernanah pada kelenjar amandelnya, disertai pembesaran kelenjar amandel.
-Merokok.
-Dari berbagai penyebab tersebut, penyebab tersering adalah infeksi virus. Adapun bakteri yang paling sering menyebabkan radang tenggorokan adalah bakteri streptococcus sekitar 15-30 persen kasus

Gejala Radang Tenggorokan

Radang tenggorokan karena infeksi bakteri streptokokus dapat dikenali gejalanya sebagai berikut:

- tonsil dan kelenjar leher membengkak
- bagian belakang tenggorokan berwarana merah cerah dengan bercak-bercak putih.
- demam seringkali lebih tinggi dari 38 derajat celsius dan sering disertai rasa menggigil
- sakit waktu menelan.
- Radang streptokokus memerlukan bantuan dokter karena bila penyebabnya adalah kuman streptokokus dan tidak mendapat antibiotik yang memadai maka penyakit akan bertambah parah dan kuman dapat menyerang katup jantung sehingga menimbulkan penyakit Demam Rhematik.

Permasalahan radang tenggorokan atau faringitis biasanya semakin parah dengan keadaan pasien yang sulit menelan, bahkan tidak bisa makan. Kondisi ini tentu saja akan mengurangi asupan makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga akan menganggu proses penyembuhan.

Pada infeksi radang tenggorokan yang disebabkan virus influenza bersifat menular dan sangat mudah tersebar. Pada kondisi ini, peradangan berlangsung sekitar tiga sampai sepuluh hari. Umumnya, peradangan terasa lebih berat pada pagi hari dan akan membaik seiring berjalannya hari.

Biasanya disertai rasa lemas, menurunnya nafsu makan, demam, dan batuk. Sakit tenggorokan juga ditemukan pada infeksi virus lainnya seperti bisul dan campak. Tubuh memerlukan satu minggu untuk membangun antibodi untuk menghancurkan virus-virus tersebut.

Infeksi mononucleosis, atau yang umumnya disebut Mono disebabkan virus Epstein Barr,dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.Virus ini memengaruhi sistem limpa sehingga menyebabkan pembesaran pada amandel dan muncul bercak putih pada permukaannya. Selain itu, juga terjadi pembengkakan pada pembuluh di leher.

Pada sebagian besar kasus, keluhan ini akan mereda dengan sendirinya. Untuk membantu meringankan rasa sakit, dokter biasanya memberikan obat yang bersifat pain reliever. Misalnya asetaminofen (parasetamol) atau ibuprofen yang dapat membantu mengatasi rasa sakit dan demam. Berkumur dengan air garam hangat juga bisa membantu. Bisa juga dengan obat kumur anestetik

Kanker tenggorokan
Kanker tenggorokan menunjukkan suatu perubahan pada sekumpulan sel yang membelah diri, yang jumlahnya semakin banyak dan tidak terkendali. Kendati perubahan tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi dalam tubuh sebagai proses regenerasi dari sel-sel yang rusak, namun pengontrolan perubahan sel tidak lagi berfungsi secara normal. Oleh karena itu, keadaan semacam ini disebut penyakit kanker.

Kanker bukanlah penyakit infeksi yang terjadi karena kuman, melainkan tumbuh dari sel-sel organ itu sendiri, yang mengalami mutasi genetis. Mutasi genetic tersebut menyebabkan sel tumbuh tidak normal dan bersifat destruktif, serta tidak mengikuti aturan hukum-hukum pertumbuhan dan cenderung merusak.

Kanker bisa tumbuh di bagian tubuh mana pun, termasuk tenggorokan. Namun, dengan catatan bahwa tidak semua sel kanker dapat tumbuh secara progresif di tempat lainnya. Hal ini dikarenakan adanya pertahanan tubuh (sistem imun) dan syarat tumbuh di tempat baru yang tidak didapati di sana, misalnya tidak adanya zat karsinogen dan oksidasi oleh suatu oksidan, seperti radikal bebas.

Sama halnya dengan tumor, kanker mempunyai ciri-ciri klinis tersendiri antara lain adanya benjolan yang mudah diraba, penurunan berat badan, kekurangan sel-sel darah merah, gangguan dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, serta menurunnya fungsi indra perasa terhadap makanan dan minuman.

Human Papilloma Vims (HPV) adalah virus yang dapat menyebabkan munculnya benjolan kecil atau kutil pada alat kelamin dan kanker serviks. Perpindahan virus HPV melalui oral seks bisa mengakibatkan kanker tenggorokan. Secara spesifik, kanker ini didefinisikan sebagai kanker orofaring yang mampu bersarang di amandel, pangkal lidah, langit-langit mulut, serta bagian belakang tenggorokan.

Para peneliti menemukan bahwa kanker tenggo­rokan mirip infeksi HPV yang menyebar melalui oral seks. Sementara itu, penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kanker tenggorokan semakin banyak dialami ketimbang kanker otak dan kanker leher. Kanker ini termasuk jenis kanker yang langka. Kasusnya mencapai 10.000 dari 45.000 ganasnya kanker otak dan leher yang terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Meskipun begitu, pengaruhnya bersifat tetap dan menyeluruh.

Gejala-gejala awal kanker tenggorokan antara lain telinga berdenging secara terus-menerus, pilek yang berlangsung lama dan disertai darah, suara parau yang berkepanjangan, seeing mimisan, rasa nyeri saat menelan sesuatu, perubahan suara (hoarseness), tumbuhnya benjolan di leher, rasa sakit pada teng­gorokan, batuk yang keras (persistent cough), suara bernada tinggi karena terjadinya gejolak aliran udara pada saluran udara bagian atas (stridor), napas berbau, serta rasa sakit pada telinga.

Kanker tenggorokan termasuk penyakit kanker keempat yang paling banyak menyerang penduduk di Indonesia. Sebenarnya, penderita kanker membutuhkan dukungan dan perhatian dari pihak keluarga. Dukungan tersebut dapat menstimulasi kerja hormon, yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Menguatnya kekebalan tubuh berarti menutup peluang bagi kanker untuk menyebarkan sel-sel kanker ke bagian tubuh yang masih sehat.


PENGOBATAN ALTERNATIF UNTUK PENYEMBUHAN PENYAKIT RADANG TENGGOROKAN, KANKER TENGGOROKAN ADALAH DENGAN CARA DIGURAH.

Untuk Gurah di Kelapa Gading
Hubungi :

Rumah Sehat Thera Afiat
Jl. Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Jakarta Utara

Telp./WA  08111494599
08788 3171247
Pin 28303BAC

Source:
http://penyembuhdotcom


Kamis, 29 Januari 2015

Tentang Gurah

Apa Itu Terapi Gurah?

Gurah adalah cara pengobatan tradisional untuk mengeluarkan lendir dari dalam tubuh dengan menggunakan ramuan herbal yaitu berupa ekstrak daun Srigunggu (Clerodendron Serratum). Caranya dengan meneteskan cairan ekstrak daun Srigunggu ke mulut atau lubang hidung

Dalam perkembangannya, herbal yang digunakan tidak melulu daun Srigunggu. Beberapa terapis menggunakan jenis dedaunan dari tumbuhan berkhasiat lainnya.
Tujuannya juga mengalami perkembangan, dari yang semula untuk membersihkan tenggorokan kini semua organ yang menghasilkan lendir bisa dibersihkan.
Tak terkecuali untuk vagina, gurah diklaim bisa mengatasi keputihan atau sekedar mengurangi lendir supaya sensasi ‘keset’ lebih terasa.
Daun Srigunggu merupakan salah satu herbal yang paling banyak digunakan untuk gurah, karena memang dari ekstrak tanaman inilah terapi gurah berkembang. Khasiatnya juga sudah dibuktikan secara ilmiah dan banyak dibuat dalam bentuk suplemen kapsul gurah.

Penelitian yang membuktikan hal itu dilakukan tahun 2005, oleh Prof dr Soepomo Soekardono, SpTHT-KL(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Dalam kesimpulannya disebutkan gurah dengan ekstrak daun srigunggu efektif meredakan gejala rinosinusitis kronis seperti ingus berlebih, bersin dan hidung tersumbat.

“Penelitian pada rhinitis khronis dengan memakai gurah menunjukkan bahwa sesudah digurah transport mukosilia melambat dibanding sebelum digurah dari hari kedua sampai hari kesepuluh,” ujar Prof Soedomo
Jenis jenis gurah

1. Gurah hidung
Dilakukan dengan cara meneteskan langsung ramuan gurah ke lubang hidung lalu pasien diminta tengkurap agar lendir kotor mengalir keluar. Jenis ini paling efektif dilakukan untuk membersihkan saluran napas termasuk untuk mengatasi gejala asma.

2. Gurah mulut
Untuk membersihkan lendir dan dahak di sekitar pita suara, ramuan gurah juga bisa diteteskan lewat mulut. Cara ini sama ampuhnya dengan gurah hidung karena di sekitar pangkal lidah terdapat percabangan antara saluran pernapasan dengan saluran pencernaan.

3. Gurah vagina
Menurut Pak Djohan, seorang terapis tidak melakukan gurah vagina melainkan hanya memberikan ramuan berikut instruksi atau petunjuk penggunaannya. Pasien akan memasukkan sendiri ramuan gurah (tersedia dalam bentuk padat bukan cair) ke dalam vagina untuk mengatasi keluhan lendir yang terlalu banyak maupun keputihan.

Manfaat Gurah
1.Mengobati berbagai macam penyakit:
TBC, asma, sesak nafas, mengguk (batuk terus menerus), sakit paru-paru.
Sakit kepala, mudah pusing, stress, migren.
Flu, pilek, alergi debu, sinusitis, hidung meler berkepanjangan.
Darah tinggi, gangguan lambung, saluran pernafasan, saluran pernafasan dll.
2.Membuat suara jadi keras, nyaring dan panjang (sangat baik untuk penceramah, reporter, pengkhotbah, pembawa acara, guru dll).
3.Menjadikan suara merdu, bersih, halus dan empuk (sangat baik untuk penyanyi, qori-qoriah).
4.Menambah volume paru-paru dan memanjangkan nafas (sangat baik untuk pengolah nafas tenaga dalam, meditasi, beladiri, atlet, olahragawan, pesenam).
5.Otak tambah cerdas, pintar dan lebih pandai (sangat baik untuk siswa, mahasiswa dan santri).

Cara Melakukan Gurah
Terapi gurah dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu :

GURAH secara langsung.
Caranya dengan meneteskan ramuan tanaman khusus ke dalam hidung. Khasiat ramuan tersebut membuat syaraf tubuh bereaksi mendorong dan mengeluarkan lendir kotor, berkuman penyakit, beracun (kopi, rokok, alkohol dll). Lendir akan keluar lewat rongga hidung dan mulut.

GURAH dengan kapsul.
Caranya dengan minum ramuan tanaman khusus yang sudah dikemas dalam bentuk kapsul. seperti GURAH AS-SYIFA terbuat dari sari daun srigunggu dan akar pelarut lendir. Lendir akan larut dengan keringat dan keluar lewat pori-pori kulit atau lewat saluran pembuangan. Hasilnya membuat seluruh saluran pernafasan, pencernaan dan darah akan bersih.
(Source : Budi Susanto)


sinusitis

etiologi, patofisiologi dan tatalaksana sinusitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia1 Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.1 Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh Binkesmas bekerja sama dengan PERHATI dan Bagian THT RSCM mendapatkan data penyakit hidung dari 7 propinsi2 .Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya adalah sinusitis2.

Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi, gejala dan metode diagnosis dari penyakit rinosinusitis ini.

Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh infeksi bakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksila. Yang berbahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intrakranial. Komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tak dapat dihindari.1

Tatalaksana dan pengenalan dini terhadap sinusitis ini menjadi penting karena hal diatas. Awalnya diberikan terapi antibiotik dan jika telah begitu hipertrofi, mukosa polipoid dan atau terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan operasi.1

1.1. Batasan Masalah

Pembahasan referat ini dibatasi pada definisi, etiologi, anatomi, patofisiologi, diagnosis dan tatalaksan sinusitis.

1.2. Tujuan Penulisan

Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai sinusitis

1.3. Metode Penulisan

Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.1-3 Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.1

2.2. Anatomi

Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung. Anatominya dapat dijelaskan sebagai berikut:6

sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.

Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior.

Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk.

Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.

Fungsi sinus paranasal adalah :

· Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.

· Sebagai pengatur udara (air conditioning).

· Peringan cranium.

· Resonansi suara.

· Membantu produksi mukus.

A. Sinus Maksilaris

· Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I.

· Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae.

· Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.

· Berhubungan dengan :

a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.

b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar.

c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

B. Sinus Ethmoidalis

· Terbentuk pada usia fetus bulan IV.

· Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis.

· Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata

· Berhubungan dengan :

a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb).

b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma.

c. Nervus Optikus.

d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

C. Sinus Frontalis

· Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.

· Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.

· Volume pada orang dewasa ± 7cc.

· Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media).

· Berhubungan dengan :

a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta.

b. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta.

c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

D. Sinus Sfenoidalis

· Terbentuk pada fetus usia bulan III

· Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.

· Volume pada orang dewasa ± 7 cc.

· Berhubungan dengan :

a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.

b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum.

c. Tranctus olfactorius.

d. Arteri basillaris brain stem (batang otak)(6).

2.3. Etiologi

Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi dan gusi (dentogen), faring, tonsil serta penyebaran hematogen walaupun jarang. Sinusitis juga dapat terjadi akibat trauma langsung, barotrauma, berenang atau menyelam.

Faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya sinusitis adalah kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung, dan rinitis alergi.Rinosinusitis ini sering bermula dari infeksi virus pada selesma, yang kemudian karena keadaan tertentu berkembang menjadi infeksi bakterial dengan penyebab bakteri patogen yang terdapat di saluran napas bagian atas. Penyebab lain adalah infeksi jamur, infeksi gigi, dan yang lebih jarang lagi fraktur dan tumor.2

2.4. Klasifikasi

Secara klinis sinusitis dibagia atas5

Sinusitis akut
Sinusitis subakut
Sinusitis Kronis

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis5

· Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis

· Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar)

2.5. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.

Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.1

Patofisiologi dari sinusitis diatas akan lebih jelas ditampilkan dalam skema dibawah ini

2.6.Diagnosis6

Penegakan diagnosis sinusitis secara umum:

1.Kriteria Mayor :

· Sekret nasal yang purulen

· Drenase faring yang purulen

· Purulent Post Nasaldrip

· Batuk

· Foto rontgen (Water’sradiograph atau air fluid level) : Penebalan lebih 50% dari antrum

· Coronal CT Scan : Penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus

2.Kriteria Minor :

· Edem periorbital

· Sakit kepala

· Nyeri di wajah

· Sakit gigi

· Nyeri telinga

· Sakit tenggorok

· Nafas berbau

· Bersin-bersin bertambah sering

· Demam

· Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri

· Ultrasound

Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :

Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan ≥ 2 kriteria minor

à Pemeriksaan Penunjang

1.Laboratorium

· Tes sedimentasi, leukosit, dan C-reaktif protein dapat membantu diagnosis sinusitis akut

· Kultur merupakan pemeriksaan yang tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus dilakukan pada pasien immunocompromise dengan perawatan intensif dan pada anak-anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat, dan pasien dengan komplikasi yang disebabkan sinusitis.

2.Imaging

· Rontgen sinus, dapat menunjukan suatu penebalan mukosa, air-fluid level, dan perselubungan.Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk mengetahui adanya abses gigi.

· CT-Scan, memiliki spesifisitas yang jelek untuk diagnosis sinusitis akut, menunjukan suatu air-fluid level pada 87% pasien yang mengalami infeksi pernafasan atas dan 40% pada pasien yang asimtomatik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk luas dan beratnya sinusitis.

· MRI sangat bagus untuk mengevaluasi kelainan pada jaringan lunak yang menyertai sinusitis, tapi memiliki nilai yang kecil untuk mendiagnosis sinusitis akut

Sedangkan untuk menegakkan diagnosis sinusitis menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut:

SINUSITIS AKUT

A. Gejala Subyektif

Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas (terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari 7 hari.

Gejala subyektif terbagi atas gejala sistemik yaitu demam dan rasa lesu, serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir ke nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain7

1. Sinusitis Maksilaris

Sinus maksila disebut juga Antrum Highmore, merupakan sinus yang sering terinfeksi oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2) letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat8

Pada peradangan aktif sinus maksila atau frontal, nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga7

Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada9

2. Sinusitis Ethmoidalis

Sinusitus ethmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Karena dinding leteral labirin ethmoidalis (lamina papirasea) seringkali merekah dan karena itu cenderung lebih sering menimbulkan selulitis orbita.

Pada dewasa seringkali bersama-sama dengan sinusitis maksilaris serta dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat dielakkan.

Gejala berupa nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri dibola mata atau belakangnya, terutama bila mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis7,post nasal drip dan sumbatan hidung9

3. Sinusitis Frontalis

Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus etmoidalis anterior.

Gejala subyektif terdapat nyeri kepala yang khas, nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam.

Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila disentuh dan mungkin terdapat pembengkakan supra orbita.

4. Sinusitis Sfenoidalis

Pada sinusitis sfenodalis rasa nyeri terlokalisasi di vertex, oksipital, di belakang bola mata dan di daerah mastoid. Namun penyakit ini lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis, sehingga gejalanya sering menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya8

B. Gejala Obyektif

Jika sinus yang berbatasan dengan kulit (frontal, maksila dan ethmoid anterior) terkena secara akut dapat terjadi pembengkakan dan edema kulit yang ringan akibat periostitis. Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti ada penebalan ringan atau seperti meraba beludru.

Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior. Pada sinusitis akut tidak ditemukan polip,tumor maupun komplikasi sinusitis.Jika ditemukan maka kita harus melakukan penatalaksanaan yang sesuai.

Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

Pada posisional test yakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang lebih 5 menit dan provokasi test yakni suction dimasukkan pada hidung, pemeriksa memencet hidung pasien kemudian pasien disuruh menelan ludah dan menutup mulut dengan rapat, jika positif sinusitis maksilaris maka akan keluar pus dari hidung.

Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal.

Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah posisi waters, PA dan lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.

Pemeriksaan mikrobiologik sebaiknya diambil sekret dari meatus medius atau meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti pneumococcus, streptococcus, staphylococcus dan haemophylus influensa. Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau jamur8.

SINUSITIS SUBAKUT

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya (demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda.8

Pada rinoskopi anterior tampak sekret di meatus medius atau superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang sakit, suram atau gelap.

SINUSITIS KRONIS

Sinusitis kronis berbeda dengan sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan faktor predisposisinya.

Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik, sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna.

A. Gejala Subjektif

Bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari :

· Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret pada hidung dan sekret pasca nasal (post nasal drip) yang seringkali mukopurulen dan hidung biasanya sedikit tersumbat.

· Gejala laring dan faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorokan.

· Gejala telinga berupa pendengaran terganggu oleh karena terjadi sumbatan tuba eustachius.

· Ada nyeri atau sakit kepala.

· Gejala mata, karena penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis.

· Gejala saluran nafas berupa batuk dan komplikasi di paru berupa bronkhitis atau bronkhiektasis atau asma bronkhial.

· Gejala di saluran cerna mukopus tertelan sehingga terjadi gastroenteritis.

B. Gejala Objektif

Temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental, purulen dari meatus medius atau meatus superior, dapat juga ditemukan polip, tumor atau komplikasi sinusitis. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.

Dari pemeriksaan endoskopi fungsional dan CT Scan dapat ditemukan etmoiditis kronis yang hampir selalu menyertai sinusitis frontalis atau maksilaris. Etmoiditis kronis ini dapat menyertai poliposis hidung kronis.

C. Pemeriksaan Mikrobiologi

Merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti kuman aerob S. aureus, S. viridans, H. influenzae dan kuman anaerob Pepto streptococcus dan fuso bakterium.

D. Diagnosis Sinusitis Kronis

Diagnosis sinusitis kronis dapat ditegakkan dengan :

· Anamnesis yang cermat

· Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior

· Pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, yakni pada daerah sinus yang terinfeksi terlihat suram atau gelap.

Transiluminasi menggunakan angka sebagai parameternya

Transiluminasi akan menunjukkan angka 0 atau 1 apabila terjadi sinusitis (sinus penuh dengan cairan)10

· Pemeriksaan radiologik, posisi rutin yang dipakai adalah posisi Waters, PA dan Lateral. Posisi Waters, maksud posisi Waters adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.

Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa 10:

1. Penebalan mukosa,

2. Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)

3. Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto waters.

· Pungsi sinus maksilaris

· Sinoskopi sinus maksilaris, dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan dalam sinus, apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista dan bagaimana keadaan mukosa dan apakah osteumnya terbuka. Pada sinusitis kronis akibat perlengketan akan menyebabkan osteum tertutup sehingga drenase menjadi terganggu.

· Pemeriksaan histopatologi dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi.

· Pemeriksaan meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan naso- endoskopi.

· Pemeriksaan CT –Scan, merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik).

Gambar 3. CT SCAN dan nasoendoskopi10

Hal-hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan :

· Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level.

· Polip yang mengisi ruang sinus

· Polip antrokoanal

· Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus

· Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.

· Tumor

2.7.Terapi

SINUSITIS AKUT

· Kuman penyebab sinusitis akut yang tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae11. Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik empirik (2x24 jam). Antibiotik yang diberikan lini I yakni golongan penisilin atau cotrimoxazol dan terapi tambahan yakni obat dekongestan oral + topikal, mukolitik untuk memperlancar drenase dan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan antihistamin atau kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari. Jika tidak ada perbaikan maka diberikan terapi antibiotik lini II selama 7 hari yakni amoksisilin klavulanat/ampisilin sulbaktam, cephalosporin generasi II, makrolid dan terapi tambahan. Jika ada perbaikan antibiotic diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari.

· Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan rontgen-polos atau CT Scan dan atau naso-endoskopi.Bila dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan maka dilakukan terapi sinusitis kronik. Tidak ada kelainan maka dilakukan evaluasi diagnosis yakni evaluasi komprehensif alergi dan kultur dari fungsi sinus.

· Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan.

SINUSITIS SUBAKUT

· Terapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan tindakan, yaitu diatermi atau pencucian sinus.

· Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas atau yang sesuai dengan resistensi kuman selama 10 – 14 hari. Juga diberikan obat-obat simptomatis berupa dekongestan. Selain itu dapat pula diberikan analgetika, anti histamin dan mukolitik.

· Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (Ultra Short Wave Diathermy) sebanyak 5 – 6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus.

· Pada sinusitis maksilaris dapat dilakukan pungsi irigasi. Pada sinusitis ethmoid, frontal atau sphenoid yang letak muaranya dibawah, dapat dilakukan tindakan pencucian sinus cara Proetz.8

SINUSITIS KRONIS

· Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tata laksana yang sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik mencukupi 10-14 hari.

· Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada episode akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur. Jika ada perbaikan teruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi kembali dengan pemeriksaan naso-endoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5 x tidak membaik). Jika ada obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu BSEF atau bedah konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka evaluasi diagnosis.

· Diatermi gelombang pendek di daerah sinus yang sakit.

· Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang sinusitis ethmoid, frontal atau sfenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz.

· Pembedahan

Radikal

a. Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.

b. Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.

c. Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.

Non Radikal

a. bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.
SINUSITIS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BALON: TEKNIK YANG TERKINI DALAM PENGOBATAN SINUS12

Sudah lama, operasi sinus dengan menggunakan system kamera ini dan mempunyai standart operasi dalam penanganan pembedahan sinusitis.Dengan ini mengenali teknologi sinus dengan system balon,dan ini juga salah satu cara dan mengatur kurangnya infeksi dari sinus yang tersedia saat ini.

Alat perlengkapan ini sinus ini sangat bersih(steril),pipa kateter,yang dirancang yang sangat spesifik agar dapat mengikuti anatomi daripada sinus yang berliku-liku.Sistem Relieva Sinus Ballon pada sinusistis ini digunakan untk membuka jalan yang telah menyumbat sinus itu sendiri,dan banyak kasus-kasus yang lain.tanpa ada membuang jaringan atau tulang manapun.Menggunakan system Relieva Sinus Balloon ini dilakukan dengan sangat hati-hati.
Keuntungan Balloon Sinuplasty

· Aman dan efektif

Melibatkan beberapa resiko juga tetapi dengan system balon ini aman dan efektif dalam Mengurangi gejala sinusitis karena sudah dibuktikan sebelumnya.

· Sedikit perlengkapan

Teknologi ini menggunakan perlengkapan yang kecil,lembut dan flexible yang masuk melalui hidung kita.Alat ini dimasukan dengan sangat hati-hati dalam membuka penyumbatan sinus tersebut.

· Reduced bleeding

Dibeberapa kasus,selama operasi dengan menggunakan teknik tidak ada tulang atau jaringan yang dibuang,oleh karena itu dapat mengurangi perdarahan.dengan adanya cara operasi yang baru ini, tidak perlu menyumbat lubang hidung dengan kain kapas yang dibuat selepas menggunakan cara operasi yang lama untuk menakung pendarahan selepas operasi.

· Masa penyembuhan yang cepat

sebagaimana yang kita ketahui bahwa masa pemulihan semua manusia adalah berbeda.Beberapa pesakit dapat menjalankan kembali aktivitas mereka secara normal/seperti biasa dalam masa 24 jam

· Tiada batas untuk pemilihan bagi pengobatan ini

teknologi Balloon Sinusplasty adalah pembedahan yang menggunakan alat kamera dan mungkin dengan menggunakan obat-obatan atau dengan teknik pembedahan biasa.

Ballon Sinuplasti LUMA

Balon Sinuplasti ini adalah satu jalan revolusi dalam menangani sinus. Dengan menggunakan kawat penunjuk dan balon untuk membesarkan yang menghalangi sinus.Biasanya posisi dari pada balon ini diikuti dengan menggunakan sinar X(X-RAY) selama operasi berlangsung.Teknologi ini telah mempunyai perkembangan yang lebih dimana X-RAY tidak dibutuhkan lagi,malahan kawat penunjuk ini berdempetan dengan satu sumber lampu yang digunakan untuk memastikan dimana lokasi dari sinus tersebut.Teknologi yang terbaru in dinamakan system Releiva LUMA.Kini kami telah berhasil menggunakan system tersebut dalam menjalankan operasi sinus.

II.8 Komplikasi

CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.

1. Komplikasi orbita

Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita.

Terdapat lima tahapan :

· Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini.

· Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.

· Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.

· Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah.

· Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.

Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari :

a. Oftalmoplegia.

b. Kemosis konjungtiva.

c. Gangguan penglihatan yang berat.

· Kelemahan pasien.

· Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan saraf kranial II, III, IV dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.

2. Mukokel

Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.

Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.

Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat.

Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.

3. Komplikasi Intra Kranial

· Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.

· Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial.

Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

· Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.

Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.

4. Osteomielitis dan abses subperiosteal

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil8,9

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. FKUI. Jakarta 2007. Hal 150-3

2. PERHATI. Fungsional endoscopic sinus surgery. HTA Indonesia. 2006. Hal 1-6

3. Ghorayeb B. Sinusitis. Dalam Otolaryngology Houston. Diakses dari www.ghorayeb.com/AnatomiSinuses.html

4. Damayanti dan Endang. Sinus Paranasal. Dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2002, 115 – 119.

5. Wikipedia. Sinusitis. Diakses dari www.wikipedia.org/wiki/sinusitis

6. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of Sinusitis. In advanced Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-505

7. Anonim, Sinusitis, dalam ; Arif et all, editor. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. 3, Penerbit Media Ausculapius FK UI, Jakarta 2001, 102 – 106

8. Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 – 125

9. http://www.entdoctor.com.sg/articles/pengobatan-sinusitis-sistem-balon.html

10. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=163

11. http://kedokteran.spot.com/2008/04/referat-kedokteran.html

SOURCE :