Kamis, 03 Januari 2019

Batuk Pertusis VS Gurah







Pertusis

Serial Batuk Pergantian Musim
Oleh dr. Dissy Pramudita

Musim pancaroba tengah berlangsung. Kondisi iklim dan suhu tak menentu membuat bakteri maupun virus penyakit semakin mudah berkembang. Tidak sedikit kondisi fisik masyarakat mengalami gangguan sepele tak sepele, batuk.

Batuk merupakan salah satu dari 5 alasan tersering seseorang berobat ke dokter. Dengan banyaknya pilihan obat batuk di pasaran, sebagian besar orang telah mencoba untuk mengatasi sendiri keluhan batuknya.

Sebagian jenis batuk dapat diatasi hanya dengan menggunakan obat batuk yang dijual dipasaran, namun pada sebagian kasus lainnya batuk ini dapat terus berlanjut dan tidak kunjung membaik.

Batuk yang terus berlanjut selama beberapa minggu dapat terjadi akibat batuk yang membandel ataupun akibat suatu penyakit lain yang lebih serius dan memerlukan pengobatan khusus. Batuk yang berlangsung selama lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan beturut-turut disebut sebagai sebagai batuk kronik atau batuk kronik berulang.

Batuk kronik tidak boleh dianggap sepele. Terdapat beberapa jenis penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya batuk kronik, antara lain asma dan alergi, infeksi saluran napas, TB paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK ) yang terutama menyerang perokok, dll. Umumnya sulit bagi seseorang untuk mengetahui penyebab batuk kronis yang dialami dirinya.

Selama ini, hanya dokter yang dapat memberikan informasi apa yang menjadi penyebab batuk yang dialami seseorang. Melalui artikel ini, Kami akan ulas beberapa hal yang dapat menyebabkan batuk kronis, sehingga Anda dapat mengetahui langkah apa yang harus dilakukan dalam menghadapi batuk kronis.

 Pertusis

Pertusis (batuk rejan) merupakan suatu penyakit akibat infeksi Bordetella pertusis dengan gejala berupa demam ringan, hidung beringus dan batuk terus menerus yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bernapas.

Saat tubuh berusaha untuk menghirup napas dalam di sela-sela batuk, maka dapat timbul suara yang khas, bernada tinggi. Setelah melewati tahap awal penyakit, banyak penderita pertusis tidak mengalami demam lagi, namun batuk dapat tetap menyertai penderita pertusis selama beberapa minggu.

Batuk ini mungkin diikuti dengan adanya muntah. Batuk ini baru akan berkurang setelah 1 sampai 2 bulan.

Penyakit ini dapat terjadi pada usia berapapun, tapi 50% ditemukan pada anak berusia dibawah 4 tahun. Penuularan penyakit melalui droplet batuk dari orang yang sakit dan terhirup oleh orang yang sehat. Pertusis dapat diobati dengan menggunakan antibiotik yang sesuai. Pertusis dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi pertusis (DPT) pada semua bayi usia 2,4,,6 dan 18 bulan.

Kini Anda sudah mengetahui beberapa hal yang dapat memicu gangguan batuk, saatnya mengatasi menekan perkembangan gangguan yang menyebalkan tesebut dengan menjaga diri dari segala ancaman bakteri maupun virus yang dapat menyebebkan batuk. Good luck!

Note :
Selain dengan pengobatan medis, batuk pertusis bisa juga diobati dengan gurah.

Untuk gurah hubungi :

Rumah Sehat Thera Afiat
Jln. Kelapa Sawit Raya Blok Dd No.15
Kelapa Gading.
Jakarta utara.
Telp.   08111494599
087883171247
Ibu Sholeh +62 896-2697-9941

Tidak ada komentar:

Posting Komentar